"Hayy Dev... lama tidak bertemu, maaf aku baru bisa menemuimu, tolong jangan marah. Akhir-akhir ini aku sibuk sekali, untung saja aku masih bisa menemuimu. Apakah sekarang aku boleh merindukanmu? Andai saja saat itu aku tidak mengabulkan permintaanmu"
Hembusan
angin melewati tubuh perempuan itu, cahaya senja menyinari hampir separuh
wajahnya dan membiarkan separuhnya lagi berdiam dalam gelap. Hening
mengelilinginya, ia membiarkan dirinya menikmati suasana sore itu. Masih banyak
kata-kata yang ingin ia ucapkan, tapi hanya muncul dalam pikiran tanpa sempat
ia katakan lalu hilang tenggelam bersamaan dengan matahari yang sudah selesai
menampilkan senjanya yang cantik. Dengan nafas berat, akhirnya ia berbicara
lagi.
"Deva
William Aditiya aku merindukanmu".
***
Jam
menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Andai saja perempuan itu bisa
lebih cepat bangkit dari hibernasi
panjangnya, pasti ia tidak akan terjebak dalam situasi seperti sekarang ini.
"Mami...
dasi sama topi aku mana?" Teriak perempuan itu
"Kan
ada di gantungan yang dibalik pintu Jawab seorang wanita dari lantai bawah
dengan berteriak juga
"Manaaa?
Gak ada mi.." perempuan itu berteriak lagi
"Kalo
sampe mami naik ke kamar kamu, terus ada awas yaa" kali ini nada bicara
wanita itu sedikit lebih tinggi
Akhirnya
dilangkahkan kaki wanita itu menuju lantai dua rumahnya, memasuki kamar dimana
suara kegaduhan itu berasal. Baru saja dipegangnya gagang pintu kamar itu tapi
penghuni kamarnya sudah membuka duluan dari dalam kamar.
"Udahh
ketemu mi, aku berangkat dulu ya" perempuan yang tadi berteriak langsung
meluncur secepat kilat meninggalkan maminya yang keheranan dengan sikapnya.
***
"Kenapa
harus telat bangun sih? Kelamaan libur jadi lupa kan" keluh perempuan itu
didalam hati sambil memasang muka kesal.
"Heyy
kamu cewek yang telat, cepat kesini" perintah seseorang
"Ehh
saya ka?" Tanya perempuan itu
"Iyaa
kamu, masa saya" Jawabnya ketus
Setelah
upacara penerimaan murid baru selesai, murid-murid yang telat dipanggil maju ke
depan lapangan. Memang dibarisan murid yang telat hanya ada satu perempuan
disana, sisanya ya seperti biasa anak laki-laki yang malas bangun pagi.
"Kamu
kenapa telat? Terus kenapa sepatunya warna-warni? Kamu gak baca selembaran
peraturan yang dibagikan pas pra-mos" Kaka kelas yang sudah berdiri
didepannya membentak dengan nada tinggi
"Ituu
ka, saya tadi banggunnya telat terus salah pake sepatu, saya baru sadar pas
sampe digerbang ka" jawabnya sambil menunduk
"Halaahh
alasan klasik" kaka kelas itu tidak terima dengan apa yang sudah dijelaskannya
"Sebagai
hukuman, kamu cari kaka kelas yang sekarang ulang tahun, terus kamu harus
ngerayain ulang tahun dia sambil divideoin paling lambat sampai acara
penerimaan murid baru ini selesai" kaka itu menambahkan
"Apaa??
Mana saya tau ka siapa yang ulang tahun, udah gitu waktunya sebentar
banget" keluh perempuan yang telat tadi
"Mau
ditambah hukumannya?" Jawab kaka itu singkat yang langsung membuat ia
terdiam
"Jangan
ka, iya saya laksanakan hukumannya" ucapnya sambil gemetaran
Akhirnya
setelah murid-murid yang telat sudah mendapatkan hukumannya, mereka
dipersilahkan kembali ke kelompok masing-masing. Kecuali perempuan yang tadi,
ia langsung berjalan mencari kaka kelas yang ulang tahun. Pas sekali ketika ia
sedang berjalan dikoridor sekolah tepatnya di depan 12 IIS 1, ia mendengar
sorak sorai suara penghuni kelasnya, tanpa ia sadari ia berjalan mendekati
kelas itu, karena penasaran sedang ada apa disana.
"Hoyyy
teman-teman hari ini kita ditraktir sama Deva, dia ulang tahun" teriak
salah seorang didalamnya
"Wahh
asyik" tambah yang lain
"Serius
nih Dev? Rezeki anak sholeh ini mah" ujar temannya yang lain
"Iyaa
nih mumpung gua lagi baik" jawab Deva
Langsung
saja teman-temannya menuju ke kantin, sambil berteriak gembira. Di belakangnya
Deva mengikuti sambil melihat teman-temannya dengan tersenyum. Tidak mau
kehilangan kesempatan, perempuan yang telat tadi langsung menghampiri Deva,
namun ketika ia melangkah ia tersandung tali sepatunya yang sudah dalam keadaan
tidak terikat. Sontak saja ia terjatuh, tapi sejurus kemudian ternyata ada yang
menarik tangannya dan menahannya agar ia tak terjatuh, seperti di adegan film
romantis.
"Kalo
jalan hati-hati dong" ujar seorang yang menolongnya dan ternyata itu Deva
"Aduhh maaf ka, tapi makasih
ka"
Hanyut dalam suasana selama beberapa
detik, pandangan mereka terkunci satu sama lain. Mulut mereka seperti tak kuasa
untuk mengeluarkan kata walau hanya satu. Kemudian Deva teringat akan
teman-temannya. Langsung saja ia melepas genggaman tangannya, yang alhasil
membuat perempuan yang tadi ada dipelukannya jatuh terduduk.
"Aww sakit.. kenapa dilepas
ka?" Keluh perempuan itu
"Gua lupa sama teman-teman
gua" kemudian Deva langsung meluncur menyusul teman-temannya
"Ehh ka tunggu sebentar"
perempuan itu menarik tangan Deva yang membuat Deva menghentikan langkahnya
"Apaan lagi sih? Gua buru-buru
nih" ujar Deva kesal
"Saya cuma mau tanya, kaka bener
ulangtahun hari ini?"
"Iyaa.. kenapa?" Jawab Deva
singkat
"Itu ka, tadi saya dapat hukuman
karena telat, saya disuruh mencari kaka kelas yang ulangtahun hari ini abis itu
ngerayain ultahnya sambil divideoin"
"Haah apa? Ngerayain? Lu mau aja
sih dibegoin sama mereka"
"Yaa mau gimana lagi, nanti hukuman
saya ditambah ka"
"Nama lo siapa?" Deva bertanya
serius
"Kiran Widya Wiranata"
jawabanya
"Gini ya Kiran, gua gak peduli sama
urusan lo, intinya bodo amat, itu derita lo" sejurus kemudian Deva
langsung meninggalkannya yang terdiam mematung
"Kirain ditanya nama mau
ngebantuin, ehh ini malah ditinggal, ngeselin amat itu kaka kelas" ujar
Kiran dalam hati
***
Di aula, semua kelompok sedang
beristirahat, mereka tidak boleh ke kantin dan diharuskan membawa bekal dari
rumah. Kiran juga sudah kembali ke aula, pikirnya kaka pendamping itu sudah
lupa dengan hukumannya. Namun ketika ia mengeluarkan bekal dari tasnya, kaka
pendamping rese yang tadi menghampirinya, diambilnya bekal makanan Kiran lalu
menumpahkan semua isinya ke lantai. Semua yang ada di aula terdiam menyaksikan
itu, yang tadinya aula ramai sekali seperti pasar berubah menjadi seperti
kuburan di tengah hutan.
"Ehh lo enak banget ya mau makan,
mana tugas lo?" Bentak kaka kelas itu
"Maaf ka, tadi saya udah nemuin
kaka kelasnya tapi dia gak mau ka, terus saya ditinggalin deh" Kiran
menjelaskan sambil menahan air matanya
"Emang dia doang? Cari yang lain!
Lo mau gua tambahin hukumannya?" Seketika kaka kelas itu mengangkat
tangannya dan hendak menampar Kiran tapi tiba-tiba dicegah oleh Deva
"Ehh mau ngapain lo Laras?
Mentang-mentang jadi pendamping seenaknya main tangan, gak ada cara yang lebih
elegan lagi hah?" Deva malah balik membentaknya
"Lahh ko lu disini Dev?" Tanya
ka laras itu keheranan
"Tadi gua kepikiran sama Kiran soal
hukumannya, dan gua akhirnya niat nyamperin dia buat ngerayain ultah gua, ehh
lo malah lagi seenaknya disini"
"Nih ya gua mau ngerayain ultah gua
sama dia, tenang nanti gua videoin biar lu puas atau lo mau ikut?" Ucap
Deva dengan yakinnya
Kemudian Deva dengan refleks menarik
tangan Kiran keluar dari aula membiarkan Laras terdiam menahan malu karena
semua kejadian tadi dilihat oleh murid-murid baru,
***
Sebenarnya bukan karena kasihan Deva mau
merayakan ulangtahunnya dengan Kiran. Tapi Kiran mengingatkan dia pada
seseorang yang bahkan ia sendiri pun tak ingin ada dipikirannya. Yapp Kiran
memiliki wajah yang mirip dengan Anin mantannya Deva. Entah bisa disebut mantan
atau bukan, Anin meninggalkan Deva demi laki-laki yang baru ia temui di kota
tempat ia pindah. Deva dan Anin terpaksa menjalani LDR karena Anin mendapat
beasiswa di ibu kota dan di sekolah yang sangat bagus. Kecewa, mungkin itu yang
ada di hati Deva, pasalnya hanya beberapa hari setelah Anin pindah ia sudah
memutuskan komunikasi dan tepat di minggu pertama Anin memutuskan hubungannya
dengan Deva yang sudah dijalani selama 3 tahun. Dan 3 tahun bukan waktu yang
singkat.
"Jangan berpikir gua kasihan sama
lo, gua mau ngebantu lo karna lo mirip sama pacar gua, eh salah maksudnya
mantan gua" ujar Deva
"Emang pacar kaka yang sekarang
udah jadi mantan kemana?" Tanya Kiran penasaran
"Dia pergi ke luar kota ninggalin
gua, udah ah jadi cerita gini, cepet ambil handphone lo mau ngerekam kan?"
"Ehh iya ka, dalam hitungan ke tiga
mulai ya ka, satu.. dua.. tiga.."
"Makasih Kiran Widya Wiranata udah
mau ngerayain ulangtahun gua"
"Nihh ka saya udah siapin
sesuatu"
"Apaan nih?"
"Itu roti ka, maaf saya gak bisa
kasih kue karna dadakan terus juga gak ada lilin, jadi bayangin aja ada lilin
ya ka"
"Terserah lo deh"
"Hihihi oke make a wish ya ka"
"Gua harap gua gak ketemu lo
lagi"
"Lahh kok gitu ka wishnya?"
"Gapapa udah, gua gak kepikiran
apa-apa nih"
"Yaudahlah, Happy Birthday Ka Deva
William Aditiya"
***
Hari berganti minggu, minggu berganti
bulan. Nampaknya harapan Deva terkabul, sudah hampir 2 bulan Kiran tidak
melihat Deva di sekolah. Ia pun berinisiatif mendatangi kelasnya, hanya untuk
melihat keadaan. Ketika ia sudah sampai di depan kelas Deva ada seseorang yang
menabraknya dari belakang.
"Kalo mau berdiri jangan disitu
dong, kan itu pintu" ujar orang itu yang ternyata ka Laras
"Aduuhh maaf ka, saya cuma pengen
ketemu sama ka Deva"
"Deva? Dia udah 2 minggu gak masuk
kelas, katanya sih sakit" kali ini mungkin Laras sedang baik karna
omelannya tidak dilanjutkan
"Sakit apa ka?" Kiran bertanya
lagi
"Gak tau deh, anak kelas juga gak
ada yang tau"
"Kalo rumahnya tau gak ka?"
"Rumah mah gua tau, bentar gua
tulisin alamatnya"
"Nihh alamatnya" Laras
menyodorkan selembar kertas yang sudah tidak kosong lagi
"Okee makasih banyak ka" Kiran
langsung bergegas pergi
Sore setelah pulang sekolah Kiran
langsung beranjak ke rumah Deva yang tidak jauh dari sekolah. Sesampainya ia
kaget, rumah Deva seperti istana, besar dan mewah. Dilangkah kakinya menuju
pintu masuk dan langsung menekan bel.
"Siapa ya?" Seorang wanita
yang sepertinya sudah memasuki usia tiga puluhan bertanya dengan lembut
"Saya Kiran tante, saya adik
kelasnya ka Deva, saya kesini mau tau kabarnya ka Deva soalnya sudah 2 bulan
saya gak liat ka Deva disekolah terus juga kata teman-temannya dia sakit
sekalian saya mau ngasih sesuatu buat ucapan terimakasih" memang niat
Kiran kerumah Deva bukan hanya sekedar ingin tahu kabar, tapi juga ingin
berterimakasih untuk kejadian saat penerimaan murid baru pasalnya ia belum
sempat mengucapkan terimakasih waktu itu
"Hmm Deva sehat sehat aja ko, dia
cuma lagi butuh istirahat"
"Ohh gitu ya tante, yaudah saya mau
nitip ini aja buat ka Deva sekalian sampaikan terimakasih dari saya" Kiran
menyerahkan paperbag berisi kotak musik, yang ia tau dari temannya Deva sangat
menyukai kotak musik
***
Senin pun datang, tak sengaja ia bertemu
dengan Deva di depan gerbang sekolah. Langsung saja Kiran menghampirinya,
penasaran kemanakah Deva menghilang selama ini.
"Ka Deva... Kemana aja? Katanya
kaka sakit, sakit apa? Parah enggak?" Kiran langsung bertanya tanpa jeda
"Duhh bawel banget ya lu, gua gak
sakit" jawab Deva ketus
"Kan saya cuma nanya ka" Kiran
langsung menunduk takut
"Udah ah gua mau masuk kelas, dan
satu lagi gua gak mau ketemu lo lagi"
Sudah 2 kali Deva mengatakan tak ingin
bertemu lagi dengan Kiran. Apa salahnya sampai ia segitu bencinya dengan Kiran.
Lalu Kiran mendapat ide. Istirahat kedua ia berniat menemui Deva lagi dengan
membawa bekal makan siangnya yang ingin ia berikan untuk Deva. Ia sudah
bertengger di pintu itu hampir sepuluh menit. Dan akhirnya yang ditunggu muncul
juga.
"Ka Deva ini saya bawa makanan
untuk kaka, ya sedikit sih tapi tolong diterima" Kiran menatap Deva dengan
harap
"Udahlah gak usah ngasih gua
apa-apa lagi" ujar Deva dengan muka jutek
"Saya gak tau kenapa kaka segitu
bencinya sama saya, emang saya pernah bikin salah apa sama kaka?" Kali ini
kesabaran Kiran mulai habis
"Lo gak salah, sama sekali gak
salah. Gua cuma keinget terus sama mantan gua tiap kali gua ngeliat lo. Hati
gua seperti retak setiap lo ngomong sama gua" kali ini Deva menjelaskan
"Maaf kalo saya bikin kaka inget
hal yang buruk, saya cuma mau bilang makasih karena pernah nolong saya"
lantas Kiran pergi meninggalkan Deva
***
Biasanya sepulang sekolah Kiran selalu
menyempatkan mampir ke sebuah danau dekat rumahnya. Danaunya sih tidak terlalu
bagus, hanya saja suasana yang sepi bisa membuat hari Kiran tenang setiap kali
kesana. Kali ini seperti ada yang baru disana, ada seorang laki-laki sedang
duduk dibawah pohon dekat danau. Itu biasanya tempat favorit Kiran untuk
berdiam diri.
"Ka Deva?" Kiran kaget karna
ternyata orang itu adalah Deva
"Ehh lo? Ngapain disini?" Deva
malah bertanya balik
"Ini tempat favorit saya kalo lagi
badmood, kaka ngapain?"
"Ohh maafin gua udh ngambil alih
tempat lo, gua kesini karna ada temen yang reccomend tempat ini, dan ternyata tempatnya bener cozy
, sini duduk samping gua" Deva yang sekarang seperti berubah dengan Deva
yang tadi siang baru ia temui
"I.. iyaa ka"
"Boleh ya kalo misal gua lagi stress
or badmood gua kesini?" Kali ini benar-benar bukan seperti Deva yang
Kiran ingat
"Boleh banget ka, silahkan kalo
kaka mau kapan aja" kiran menjawab dengan cepat
"Makasih ya" ujar Deva sambil
tersenyum yang ternyata senyumnya semanis gula
"Buat apa ka?" Kiran malah
kebingungan
"Buat tempat ini dan buat kotak
musik"
"Enggak usah berterimakasih ka itu
bukan apa-apa, harusnya saya yang berterimakasih"
"Yaudahlah intinya saling
terimakasih aja"
Sore itu mereka lalui bersama. Deva
menceritakan hubungannya dengan Anin. Mengapa Anin meninggalkannya, mengapa
Deva kesal setiap melihat Kiran. Ketika cerita Deva selesai Kiran hanya bisa
terdiam berpikir kok ada orang yang bisa meninggalkan seseorang yang sudah
berjuang untuknya, sudah memberi sepenuh hatinya dan lebih memilih orang yang
baru dikenal tanpa tau apa ia bisa sebaik orang yang ditinggalkan. Karena pada
akhirnya gak semua perjuangan akan dihargai.
***
Semenjak bertemu di danau, Kiran dan
Deva semakin dekat. Kiran juga sudah sadar bahwa Deva sebenarnya orang yang
baik bahkan sangat. Mereka sering bertukar cerita, atau hanya sekedar sharing topik yang lagi trend. Muncullah
benih-benih cinta di hati mereka. Deva yang nyaman dengan perlakuan Kiran yang
lemah lembut dan dewasa. Juga Kiran yang menyukai Deva ketika ia bisa menjadi
pelindung yang sempurna untuknya.
Sore itu di bawah pohon dekat danau
tempat Deva pertama kali bercerita ke Kiran, mereka finally membuat
cerita baru. Cerita yang semoga tidak akan sama dengan apa yang pernah
diceritakan Deva. Cerita yang dimana Kiran bisa membuat Deva tidak mengalami
hal yang sama. Cerita yang mereka ukir bersama tanpa membiarkan hanya salah
satu yang berjuang sendiri. Cerita yang bisa selamanya bahagia tanpa ada
kekecewaan.
"Ran jangan pernah tinggalin aku,
aku gak mau mengulangi hal yang sama dan aku gak siap buat kehilangan
lagi" Deva menggenggam tangan Kiran dengan erat
"I'm promise " jawab
Kiran dengan singkat tapi bisa meyakinkan Deva
***
Kadang memang apa yang paling kamu
takutkan terjadi malah kemungkinan besar akan terjadi. Karena sesuatu tidak
berjalan seperti apa yang kamu inginkan, hal-hal yang kamu tak pikirkan pun
bisa terwujud tapi kamu hebat jika bisa menghadapinya dan menjadikan itu
sebagai motivasi untukmu.
Dan terjadi lagi, Deva menghilang tanpa
kabar. Walau baru tiga minggu tapi itu sudah bisa membuat Kiran khawatir. Deva
tidak membalas chat dari Kiran atau mengangkat telponnya. Beribu kemungkinan
yang muncul di otak Kiran. Bahkan ia tak sanggup memikirkannya. Apakah sesuatu
terjadi? Entahlah ia tidak tahu.
Kiran memutuskan pergi ke danau dan
duduk ditempat favoritnya. Membayangkan seandainya Deva ada disampingnya. Ia
ingin bercerita banyak pada Deva. Air matanya menetes tanpa ia sadari
memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Ketika ia hendak menghapus
airmatanya seseorang menghampirinya dan lebih dulu menghapus air matanya.
Kemudian duduk disampingnya.
"Deva?" Kiran kaget dengan
kedatangannya
"Hehe kamu kenapa nangis Ran?"
Deva malah senyum senyum gak jelas
"Ishh kamu tuh menghilang tiga
minggu tanpa kabar, aku takut, aku khawatir kamu kenapa-kenapa" Kiran
malah meneteskan air matanya lagi
""Heyy aku gapapa kok, percaya
deh" Deva memegang pipi Kiran sambil menghapus airmatanya
"Aku tau aku berlebihan, tapi
tolong aku hanya butuh kabar dari kamu, seenggaknya kalo kamu sibuk bilang,
kalo kamu sakit kasih tau, aku merindukanmu"
"Iyaa iyaa aku gak bakal ngulangi lagi.
I'm promise."
"Aku pikir kamu ninggalin aku"
"Enggak mungkin lah, aku tau
rasanya ditinggal seperti apa, aku gak mau kamu merasakan hal yang sama"
"Kiran aku ada permintaan untuk
kamu" kali ini Deva menatap Kiran dengan serius seolah-olah itu saat yang
paling berharga
"Apa? Jangan aneh-aneh ya"
rupanya Kiran masih kesal
"Aku minta besok kamu jangan
menghubungi ku atau menemui ku" Deva mulai memberi tahu permintaannya
"Enggak mau, aku baru ketemu kamu
setelah tiga minggu tanpa kabar dan sekarang kamu minta aku melakukan itu
lagi?" Kiran menatap Deva dengan serius
"Iyaa, hanya untuk besok saja,
setelah itu aku janji akan selalu memberi kabar"
"Hanya besok kan?" Kiran mulai
menyerah
"Iyaa hanya besok, dan satu lagi
kamu tidak boleh merindukan ku"
"Haahh? Kenapa tidak boleh? Cukup
dengan tidak menghubungimu jangan dengan rindu, aku tidak bisa"
"Lusa akan kuberitahu" Deva
menjawab dengan singkat
"Baiklah aku pegang janjimu"
***
Keesokannya Kiran mengabulkan permintaan
Deva. Biasanya ia main ke kelas Deva tiap jam istirahat kedua. Namun kenapa
sekarang Deva memintanya untuk tidak menghubunginya bahkan merindukannya. Baru
saja ditinggal tiga minggu tanpa kabar
Kesekian kalinya Kiran khawatir. Kesekian kalinya Kiran takut. Apakah
sesuatu terjadi? Karna gak ada orang yang mau kehilangan.
"Dev sekarang kamu lagi
apa? Aku merindukanmu"
Hari itu sudah dilewati Kiran. Hari yang
berat. Dilangkahkan kakinya menuju tempat favoritnya. Tapi ketika baru beberapa
meter keluar dari pintu gerbang sekolah ada orang yang berlari mengejarnya
sambil meneriakkan namanya.
"Kiraannn..." Teriak orang itu
yang ternyata ka Laras
"Ehh ada apa ka? Kok ngejar
saya" Kiran bingung
"Gua mau ngasih tau sesuatu tapi lo
janji harus tetap tenang" kali ini wajah ka Laras berubah menjadi tegang
"I..iya ka saya janji" Kiran
malah makin bingung
"Dev..deva.. Ran" ka Laras
terbata hanya untuk berbicara
"Kenapa Deva?" Kiran mulai
panik
"Deva meninggal Ran"
"Haah? Apa? Kaka bercanda ya? Kaka
gak serius kan?" Air mata Kiran langsung menetes
"Gua serius, gak mungkin hal kayak
gini gua bercandain" Laras berupaya meyakinkan Kiran
"Gak lucu ka bercandanya"
Niat Kiran yang tadi mau ke tempat
favoritnya langsung buyar. Dia langsung berlari ke rumah Deva. Tanpa sadar ia
melepas genggamannya dari sebuah paper bag. Paper bag itu jatuh ke tanah dengan
cepat, didalamnya ada sebuah hadiah kecil dari Kiran. Ya isinya kotak musik.
Kesukaan Deva.
Sampai dirumahnya Deva, Kiran malah
semakin tak percaya, ada bendera kuning didepan rumahnya. Tanpa menghiraukan
banyak orang disitu Kiran langsung masuk dan menemukan Deva yang sudah
terbaring diam dan kaku. Wajahnya datar, tidak seperti wajah yang Kiran tau.
Wajah yang biasanya dengan mudah bisa membuat Kiran tersenyum. Wajah yang
dirindukannya.
"Deva kamu janji mau jelasin semuanya
padaku hari ini, kamu janji mau kasih aku kabar hari ini, tapi kenapa yang aku
dengar kabar yang seperti ini? Kamu sudah janji Dev" Kiran memeluk tubuh
Deva mengalirkan air mata ke wajahnya Deva
"Kiran?" suara itu berasal
dari ibunya Deva
"Tante? Deva tante.. Deva..."
Kiran tak kuasa menahan air matanya
"Deva mengidap leukimia sejak
kecil, tubuhnya sangat lemah. Bahkan ia sempat kehilangan harapan untuk sembuh.
Setelah ditinggal Anin keadaanya makin memburuk. Ia semakin lemah setiap
saatnya. Tapi ketika kamu datang, Deva mengalami kemajuan dalam hal
penyembuhan. Deva bercerita bahwa ada seseorang yang sangat disayanginya, orang
yang bahkan tidak meninggalkan dia walau tanpa kabar selama apapun, orang yang
dia yakin tak akan mengecewakannya. Dan itu adalah kamu Kiran" ibu Deva
menjelaskan dengan perlahan
"Tante punya sesuatu buat
kamu" kemudian ibu Deva memberikan sebuah kotak musik yang dulu diberikan
Kiran untuk Deva
"Ini punya Deva tante, kenapa
dikembalikan lagi ke saya?" Kiran bertanya sambil mengusap airmatanya
"Deva bilang jika kamu datang
kesini untuk mengetahui kabarnya, tante disuruh mengembalikan ini ke kamu,
didalamnya ada sesuatu."
Di ambilnya kotak musik itu, kemudian ia
membukanya. Terdengar bunyi yang indah dan lembut dari kotak musik itu,
didalamnya terdapat sebuah surat. Mungkin itu penjelasan dari Deva. Penjelasan
yang ditunggu Kiran, yang membuatnya khawatir sekaligus takut disaat yang
bersamaan. Dibuka surat itu dengan perlahan. Air matanya menetes lagi membaca
kata demi kata disurat itu. Bukan ini penjelasan yang dia mau. Bukan ini kabar
yang dia tunggu. Namun semua sudah terlambat, andai saat itu Kiran egois, andai
saat itu ia tidak mengabulkan permintaan Deva. Tapi mungkin kita menderita
supaya bisa jadi lebih kuat. Isi surat itu adalah:
Kiran... Terimakasih mau mengabulkan
permintaan ku
Maaf jika aku egois meminta mu melakukan
hal yang bahkan kamu tidak mau
Kiran... Terimakasih sudah membuatku
nyaman dan tidak merasa kecewa
Maaf aku tidak bisa menepati janjiku
Kiran.. Terimakasih kamu tidak
meninggalkan ku
Maaf jika akhirnya aku yang
meninggalkanmu
Kiran... Terimakasih sudah merindukanku
Maaf aku membuat mu merasakan hal yang
menyakitkan itu
Kiran Widya Wiranata...
Terimakasih untuk semuanya dan maaf
untuk segalanya.
Kiran membaca semua isi surat itu dengan
segala daya yang masih ia miliki. Dia sudah melakukan apa yang Deva mau. Tapi
apa salah jika ia melakukan itu. Mungkin jika ia tidak mengabulkan permintaan
Deva, dia tidak akan mengalami hal ini.
-Tamat-
Komentar
Posting Komentar