Langsung ke konten utama

PERGI [Cerpen]


Dulu sekali saat mereka masih kecil, mereka pernah berjanji untuk tidak pergi meninggalkan satu sama lain. Mungkin itu hanya sebatas janji anak kecil yang bahkan mungkin belum sepenuhnya mengerti apa yang mereka janjikan. Tapi salah satu dari mereka masih mengingat janji itu hingga persahabatan mereka sudah menyentuh 13 tahun. Menurut sebuah penelitian, jika persahabatan sudah berlangsung selama 8 tahun maka persahabatan itu akan abadi. Akankah itu akan terjadi pada persahabatan mereka atau mereka akan mengingkari janji yang dibuat.
Sore itu langit mendung, mulai tampak ada tetesan air yang jatuh. Rissa hanya bisa terdiam melihat tetesan air yang mulai berubah menjadi semakin deras. Hari ini harusnya hari yang membahagiakan untuknya. Namun memang terkadang apa yang diharapkan tidak selalu bisa terjadi seperti apa yang diharapkan. Sudah sedari tadi Rissa menunggu kedatangan Arka sahabatnya, dari langit masih cerah sampai hujan deras turun. Tepat jam 18.00 sudah waktunya acara selesai. Tapi Arka belum datang juga, hingga akhirnya Rissa memutuskan untuk masuk ke kamarnya mengakhiri pesta ulang tahun ke 17 nya.
Rissa mulai memejamkan matanya, ketika akhirnya handphonenya berbunyi mengganggu ia yang ingin tidur. Ternyata ada pesan dari Arka, ia memberitahu alasan mengapa ia tidak datang, katanya ia habis merayakan hari jadinya dengan Karin. Ya, Karin adalah pacar Arka semenjak kelas 10. Rissa tau Arka sangat mencintai Karin, tapi apakah dia boleh egois disaat hari ulang tahunnya, berharap Arka lebih memilih untuk datang memberikannya ucapan selamat dan kado. Namun Arka lebih memilih Karin. Bukan Arka yang beri harap tapi Rissa yang terlalu berharap.
Esok hari, sesampainya dikelas Rissa langsung duduk dibangkunya. Masih kesal ia karna apa yang terjadi kemarin. Kecewa pasti. Siapa yang tidak ingin orang yang disayang hadir disaat momen membahagiakan. Kemudian terdengar langkah kaki seseorang memasuki kelas. Langkah kaki itu berhenti tepat di depan Rissa.
"Happy Birthday my best friend Carissa Xaviera." Ternyata itu Arka. Ia langsung duduk di samping Rissa sambil menyodorkan sebuah kotak hadiah.
Hening. Rissa tak  berkata apapun, bahkan untuk melihat Arka pun tidak.
"Heyy... Lo marah Sa?" Arka bertanya memastikan
Rissa masih diam tak menjawab pertanyaan Arka.
"Oke gua minta maaf kalo gua salah. Gua tau kemarin hari penting buat lo. Gua tau lo berharap gua dateng. Tapi maaf lo juga tau kan anniversary gua juga penting."
Rissa sebenarnya ingin sekali melihat wajah Arka sekarang. Tapi itu terhalang oleh rasa marahnya. Tanpa diminta air matanya jatuh. Ia terisak di hadapan sahabatnya itu. Dengan cepat Arka langsung memeluknya, membiarkan Rissa menangis sejenak sambil mengelus kepalanya perlahan. Seperti biasa cara itu ampuh untuk menenangkan Rissa. Cara itu sudah ia lakukan sejak kecil. Perlahan Rissa sudah bisa mengontrol emosinya.
"Maaf." Sekali lagi Arka mengucapkan itu.
"Iyaa." Jawab Rissa singkat.
"Sa jangan gitu dong."
"Terus lo mau gua gimana?"
"Maafin gua."
"Kan gua udah bilang iya tadi."
"Lagian jawabnya 'iya' doang."
"Ya ya gua maafin, tapi kalo isi dari kotak ini sesuai sama yang gua harapin."
"Dijamin ko, ini kayak yang lo mau."
Akhirnya Rissa membuka kotak itu, dan benar isinya seperti yang ia harapkan.
 "Kok lo tau sih gua lagi pengen kotak musik?"
"Iyaa dunss, gua kan setara FBI"
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Kelas 12 mulai disibukkan dengan ujian praktek. Banyak yang harus dipersiapkan. Arka dan Rissa tak kalah sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Mereka sudah janjian di sebuah toko untuk membeli alat dan bahan yang akan dibutuhkan, dan terjadi lagi Arka membuat Rissa menunggu. Sudah 3 jam Rissa berdiri di depan toko itu, sampai ditegur oleh salah seorang karyawan toko.
"Mbanya gak masuk?"
"Iyaa mas nanti, saya lagi nungguin temen."
"Oh yaudah nanti langsung masuk aja mba, tapi jangan berdiri di depan toko takut ngehalangin pelanggan yang lain."
"Eh iya mas maaf."
Akhirnya Rissa memutuskan untuk mencari tempat duduk dekat toko itu. Rissa menunggu lagi. Sudah cukup ia dibuat menunggu oleh Arka. Pikirannya melayang ke segala kemungkinan yang terjadi dan parahnya lagi hujan tiba-tiba turun dengan deras. Ketika hendak berlari mencari tempat untuk berteduh ada seseorang yang memayunginya dari belakang.
"Arka?" Rissa kaget, ternyata itu Arka.
"Hey maaf udah bikin nunggu." 
"Lo tau udah berapa lama gua nunggu sampe kehujanan gini." Langsung saja Rissa meluapkan kekesalannya.
"Iyaa gua tau, maaf tadi gua nemenin Kiran dulu ke salon. Lo tau kan gua gak bisa nolak dia."
"Ohh lo lebih peduli sama itu daripada sama tugas?"
"Bukan gitu sa."
"Halaah udahlah, gua udah capek sama lo. Silahkan lo kerjain sendiri itu praktek."
Rissa langsung berlari menembus hujan, meninggalkan Arka disana yang terdiam. Bukan Arka yang tak peduli tapi Rissa yang terlalu ingin dia peduli.
Akhirnya masa masa ujian praktek, try out, dan ujian nasional telah dilewati kelas 12. Sudah waktunya mempersiapkan untuk ke jenjang selanjutnya. Bagi yang ingin kuliah akan disibukkan dengan SNMPTN, SBMPTN, dan UM. Begitu pula dengan Rissa. Rissa ternyata mengambil bidik misi disebuah kampus PTN di kota. Ia merahasiakan hal ini dari Arka. Tapi ya namanya mereka sahabat dari kecil, jadi Rissa tidak bisa menyembunyikan lebih lama lagi.
"Sa lo serius mau pergi ke kota?" 
"Iyaa Ka."
"Lo mau ninggalin gua?"
"Bukan gitu Ka, ini buat masa depan gua, gua pengen gapai cita-cita, gua pengen banggain orang tua. Gua gak bermaksud ninggalin lo."
"Tapi kenapa baru sekarang gua tau?"
"Maaf, gua gak pengen bikin lo sedih."
"Siapa yang gak sedih? Siapa yang gak merasa kehilangan ketika sahabatnya jauh?"
"Maaf." 
Hanya itu yang bisa Rissa jelaskan sekarang ke Arka. Ada alasan lain dibalik kepergian Rissa ke kota.
Ternyata Rissa berhasil mendapatkan beasiswa di PTN yang ia tuju. Setelah pengumuman dikeluarkan, Rissa sudah bersiap untuk semuanya yang perlu disiapkan. Ia akan kos di dekat kampus. Waktu keberangkatan Rissa semakin dekat. Ia tidak memberitahu Arka soal penerimaan dirinya. Bahkan sampai waktu keberangkatan ia tidak berpamitan pada Arka. Sampai akhirnya ketika ia hendak memasuki bis yang akan membawanya pergi ada seseorang yang menarik tangannya dari belakang.
"Arka?"
"Lo tega ya pergi tanpa pamit."
"Maaf, gua gak pengen bikin lo sedih."
"Gua lebih sedih ketika lo pergi tanpa pamit kayak gini."
"Maaf."
Sekali lagi hanya 'maaf' yang bisa diucapkan Rissa. Akhirnya Arka pergi melepas Rissa. Namun sebelum pergi, Rissa memberi surat pada Arka. Isinya adalah alasan utama kenapa Rissa pergi.
Maaf kalo kepergian gua bikin lo sedih.
Maaf gua pergi tanpa pamit.
Maaf waktu itu gua bohong.
Sebenernya memang gua bermaksud pergi dari lo.
Lo tau gak? Selama ini ternyata gua suka sama lo. Gua gak bisa selamanya mendam ini.
Tapi bahkan lo gak tau kan tentang ini?
Sekarang akhirnya lo tau kan.
Bukan lo yang beri harap, tapi gua yang terlalu berharap.
Bukan lo yang peduli, tapi gua yang pengen lo peduli.
Jika bisa udah dari dulu gua ngelepas lo.
Tapi lo tau? Bukan tangan gua yang menggenggam tapi hati.
Jika hati bilang 'lo' ya 'lo'. Gua gak akan melepas juga tidak akan menggapai lo lagi.
Tapi gua masih disini berdiri bersama bayang lo. Menanti hari dimana nanti hati gua benar-benar melepas lo.
Dan hari itu akhirnya tiba Ka.
Gua pergi ya Arkana Pramata.
TTD
Carissa Xaviera
Surat itu akhirnya membungkam Arka. Tentang apa yang dirasakan Rissa. Tentang Arka yang tidak menyadari itu. Sudah telat untuk meminta maaf padanya. Kini Rissa sudah pergi meninggalkan perasaannya dan juga Arka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TOMORROW [Cerpen]

"Hayy Dev... lama tidak bertemu, maaf aku baru bisa menemuimu, tolong jangan marah. Akhir-akhir ini aku sibuk sekali, untung saja aku masih bisa menemuimu. Apakah sekarang aku boleh merindukanmu? Andai saja saat itu aku tidak mengabulkan permintaanmu" Hembusan angin melewati tubuh perempuan itu, cahaya senja menyinari hampir separuh wajahnya dan membiarkan separuhnya lagi berdiam dalam gelap. Hening mengelilinginya, ia membiarkan dirinya menikmati suasana sore itu. Masih banyak kata-kata yang ingin ia ucapkan, tapi hanya muncul dalam pikiran tanpa sempat ia katakan lalu hilang tenggelam bersamaan dengan matahari yang sudah selesai menampilkan senjanya yang cantik. Dengan nafas berat, akhirnya ia berbicara lagi. "Deva William Aditiya aku merindukanmu". *** Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit. Andai saja perempuan itu bisa lebih cepat   bangkit dari hibernasi panjangnya, pasti ia tidak akan terjebak dalam situasi seperti sekarang ini. ...

[Review] STA Metallic Brush Pen

Holaaa!!! Long time no see ^^ Kali ini aku mau review brushpen yang baru aku beli, btw ini first time aku buat review barang, mohon dimaklumi ya jika misal masih ada yang kurang. Aku beli brushpen ini di shopee, nama tokonya muhan.id, kalian bisa langsung cusss cari. Ini tokonya dari cina, pengirimannya lumayan makan waktu tapi worth it kok. O yaa ini first time juga aku beli di toko muhan.id, aku beli brushpen sama tranparent zipper pencil case. So ini tuh sebenernya brushpen yang udah lama masuk wishlist aku, soalnya pas lagi iseng scroll IG liat ini disalah satu akun olshop stationery gitu, setelah diliat-liat kok warnanya lucu kaya shimmer gitu alhasil kepengenlah beli next liat harga, pas diliat shock akutuh harganya +- Rp.120.000. Woww mahall syekalii buat aku yang anak kosan ini yang duitnya pas pasan, buat beli brushpen tombow aja kudu nabung dulu 🤣. Yaudah deh abis itu mikir ya nanti nabung dehh siapa tau kebeli. Terus abis pasrah gitu, beberapa hari kemudian iseng la...